BarataNews.id, Jakarta – Gempa bumi kuat yang mengguncang wilayah Petropavlovsk-Kamchatka, Rusia, pada akhir Juli 2025 kembali menyoroti ancaman geologis dari kawasan Ring of Fire atau Cincin Api Pasifik. Wilayah ini dikenal sebagai salah satu zona paling aktif secara seismik di dunia.
Ring of Fire merupakan jalur seismik berbentuk tapal kuda sepanjang lebih dari 40.000 kilometer yang mengelilingi Samudra Pasifik. Zona ini menjadi tempat bertemunya berbagai lempeng tektonik yang terus bergerak dan saling mendorong satu sama lain.
Kawasan Seismik Paling Aktif di Dunia
Lebih dari 90 persen gempa bumi global terjadi di sepanjang Ring of Fire. Selain itu, hampir tiga perempat gunung berapi aktif di dunia juga berada di kawasan ini. Negara-negara seperti Indonesia, Jepang, Filipina, Selandia Baru, serta pantai barat Amerika dan Rusia Timur, termasuk dalam lintasan jalur ini.
Pergeseran lempeng yang terjadi di wilayah Ring of Fire menyebabkan akumulasi energi yang sewaktu-waktu dapat dilepaskan dalam bentuk gempa bumi. Di zona seperti Kamchatka, fenomena ini sering menimbulkan gempa megathrust yang sangat kuat dan berpotensi menyebabkan tsunami lintas samudra.
Kamchatka, Rusia dalam Jalur Ring of Fire
Wilayah timur Rusia, khususnya Semenanjung Kamchatka dan Kepulauan Kuril, berada di titik pertemuan antara Lempeng Pasifik dan Lempeng Eurasia. Posisi ini membuat kawasan tersebut rawan terhadap gempa bumi berkekuatan besar.
Sejarah mencatat beberapa kejadian gempa kuat di wilayah ini, seperti pada tahun 1952 dan yang terbaru pada 2025, dengan magnitudo yang mendekati atau melebihi 8.0. Guncangan tersebut tidak hanya berdampak pada infrastruktur, tetapi juga meningkatkan risiko tsunami yang dapat menjalar ke berbagai negara di sekitarnya.
Mitigasi Bencana dan Kesiapsiagaan
Dampak dari gempa di Ring of Fire dapat sangat merusak. Kerusakan bangunan, korban jiwa, longsor, serta ancaman tsunami menjadi bagian dari konsekuensi yang harus diantisipasi secara serius oleh negara-negara yang berada di jalur ini.
Sebagai langkah mitigasi, negara-negara yang berada di Ring of Fire telah meningkatkan sistem peringatan dini dan edukasi kebencanaan. Perencanaan tata kota yang mempertimbangkan potensi gempa serta pembangunan infrastruktur tahan gempa menjadi bagian penting dari upaya pencegahan kerugian lebih besar.
Dengan teknologi yang semakin canggih dan koordinasi antarnegara, potensi kerusakan dari bencana alam dapat diminimalisir. Namun, kewaspadaan tetap menjadi faktor utama, mengingat Ring of Fire merupakan zona aktif yang tak bisa diprediksi sepenuhnya.
