BarataNews.id, Jakarta – Serangan militer Israel ke wilayah Gaza kembali menelan korban jiwa dalam jumlah besar. Sedikitnya 41 warga Palestina dilaporkan tewas dalam rentetan serangan udara sejak Jumat pagi, dengan sejumlah lokasi sipil menjadi target utama, termasuk tenda pengungsi dan area pasar yang ramai.
Korban jiwa tercatat di beberapa titik, termasuk kawasan Tuffah di timur Kota Gaza dan Jabalia an-Nazla di utara. Laporan dari otoritas medis setempat menyebutkan bahwa banyak korban luka masih belum tertangani karena rumah sakit kelebihan kapasitas. Tim medis harus membuat keputusan sulit, menentukan pasien mana yang lebih dulu diselamatkan.
Serangan di Zona Aman dan Tenda Pengungsi
Salah satu serangan paling mematikan menghantam al-Mawasi, sebuah kawasan yang sebelumnya ditetapkan sebagai ‘zona aman’ oleh Israel. Tenda-tenda pengungsi terbakar hebat akibat serangan tersebut, menewaskan sedikitnya lima orang, termasuk seorang bayi. Sepuluh korban lainnya adalah warga sipil yang tengah mencari bantuan kemanusiaan.
Penggunaan rudal berisi paku dan pecahan logam oleh Israel juga menjadi sorotan. Senjata jenis ini disebut menyebabkan luka serius, termasuk pendarahan internal dan cedera parah akibat ledakan pecahan berkecepatan tinggi.
Dugaan Penggunaan Senjata Berdaya Rusak Tinggi
Menurut laporan koresponden internasional di lapangan, jenis amunisi yang digunakan Israel menyasar kerumunan sipil, seperti pasar dan antrean bantuan air. Luka-luka yang dialami para korban mengindikasikan penggunaan drone bersenjata dengan daya rusak tinggi.
Seorang dokter di Rumah Sakit Nasser, tempat banyak korban dirawat, menyebut bahwa sebagian besar pasien mengalami luka tembus akibat pecahan logam dan paku. “Kami hampir tidak bisa menangani semuanya. Setiap hari kami harus memilih siapa yang bisa hidup dan siapa yang tidak,” ujarnya.
Kecaman Internasional Meningkat
Serangan ini memicu kecaman dari berbagai organisasi kemanusiaan dan pemimpin dunia. Meskipun Israel mengklaim menggunakan senjata presisi untuk menargetkan militan, kenyataan di lapangan menunjukkan mayoritas korban merupakan warga sipil, termasuk anak-anak.
Ketegangan di Gaza terus meningkat sejak awal tahun, dengan laporan jumlah korban tewas yang melonjak tajam dalam dua bulan terakhir. Komunitas internasional menyerukan penyelidikan independen dan penghentian kekerasan terhadap warga sipil.