BarataNews.id, Jakarta – Pemilihan Raya Partai Solidaritas Indonesia (PSI) memasuki babak krusial. Agenda pemilihan ketua umum secara langsung ini berlangsung sejak 12 hingga 18 Juli 2025, dan menjadi momen politik penting yang tak hanya menyita perhatian internal partai, tetapi juga publik nasional.
Hari pertama pemungutan suara langsung menyuguhkan kejutan. Ronald Aristone Sinaga alias Broron memimpin perolehan suara sementara, mengungguli Kaesang Pangarep dan Agus Mulyono Herlambang. Kaesang, putra bungsu Presiden ke-7 RI Joko Widodo, sempat dijagokan sebagai kandidat kuat namun kini justru tertinggal.
Ketua Steering Committee Kongres PSI, Andy Budiman, menyebut situasi ini cukup mengejutkan. “Agak mengejutkan juga hingga pukul 11 siang tadi itu yang unggul Broron,” ujar Andy.
Kongres Puncak Dihadiri Jokowi, PSI Ganti Logo
Puncak kegiatan pemilihan raya akan digelar di Solo, Jawa Tengah, pada 19–20 Juli 2025. Acara ini akan dihadiri sekitar 2.500 kader PSI dan sejumlah tokoh nasional. Presiden Prabowo Subianto, Wali Kota Solo Gibran Rakabuming Raka, dan mantan Presiden Joko Widodo dijadwalkan hadir.
Jokowi sendiri dipastikan akan menghadiri sesi diskusi terbuka pada malam hari pertama kongres, yakni 19 Juli pukul 19.00 WIB. Kehadiran Jokowi diprediksi akan menambah daya tarik acara sekaligus menguatkan kesan bahwa PSI memiliki hubungan erat dengan mantan presiden tersebut.
Selain itu, PSI juga akan meluncurkan rebranding partai, termasuk perubahan logo. Andy Budiman menyebut pergantian logo ini sebagai bagian dari upaya membangun ekosistem baru di tubuh partai, meskipun nama PSI akan tetap dipertahankan.
Inisiatif Kaesang dan Platform E-Voting
Pemilihan raya ini merupakan gagasan dari mantan ketua umum PSI, Kaesang Pangarep. Ia disebut ingin meninggalkan warisan berupa sistem pemilihan ketua umum secara langsung oleh kader, mirip dengan partai-partai muda di Eropa seperti Podemos (Spanyol) dan Movimento 5 Stelle (Italia).
Dengan sistem e-voting, PSI berusaha tampil sebagai partai modern dan efisien. Hingga hari pertama, lebih dari 10 ribu kader telah memberikan suaranya dari total 187.306 daftar pemilih tetap. Sistem ini diyakini dapat menekan biaya dan menjangkau lebih banyak partisipan muda yang menjadi target utama PSI untuk Pemilu 2029.
Nuansa Jokowi dan Kritik Gimik Politik
Meski prosesnya terbuka, sebagian pengamat menilai pemilihan raya ini tetap kental dengan nuansa Jokowi. Peneliti Populi Center, Usep Saepul Ahyar, menyebut kehadiran Jokowi dan pencalonan Kaesang bisa menimbulkan kesan intervensi atau “cawe-cawe” dalam tubuh partai.
Sementara Direktur Trias Politika Strategis, Agung Baskoro, mengatakan bahwa PSI dan Jokowi saling membutuhkan. PSI membutuhkan figur dengan kekuatan elektoral, sedangkan Jokowi memerlukan wadah untuk tetap eksis pasca masa jabatannya sebagai presiden.
“Namun di posisi ini, antara PSI dan Jokowi sebetulnya sama-sama diuntungkan,” kata Agung.