Baratanews.id, Jakarta – Menteri Perindustrian Agus Gumiwang Kartasasmita menegaskan pentingnya rencana mitigasi bagi pelaku industri nasional untuk menghadapi potensi gangguan rantai pasok global. Hal ini menyusul memanasnya konflik antara Iran dan Israel yang berdampak langsung pada jalur logistik internasional, terutama yang melintasi kawasan Timur Tengah.
Menurut Agus, banyak bahan baku industri dan produk ekspor Indonesia harus melewati jalur logistik yang kini terdampak perang. Akibatnya, harga minyak mentah dunia berpotensi melonjak tajam. “Kenaikan harga minyak akan sangat memukul kinerja sektor industri kita yang masih bergantung pada energi impor,” ujar Agus, Kamis (19/6).
Ia menambahkan, ketergantungan industri dalam negeri terhadap energi fosil dari kawasan konflik seperti Timur Tengah merupakan titik lemah yang harus segera diatasi.
Selain dampak energi, Agus juga memperingatkan soal risiko nilai tukar rupiah yang bisa terdampak oleh eskalasi konflik. “Pelemahan rupiah bisa mendorong inflasi biaya produksi, harga input naik, dan ujungnya menurunkan daya saing produk ekspor kita,” jelasnya.
Sebagai langkah strategis, Kementerian Perindustrian mendorong para pelaku industri untuk segera melakukan diversifikasi sumber energi. Tujuannya adalah mengurangi ketergantungan terhadap energi fosil impor dan memperkuat ketahanan produksi dalam negeri. “Sudah saatnya industri kita mempercepat transisi ke energi alternatif, agar produksi tetap berjalan meski pasokan energi global terganggu,” kata Agus.
Upaya ini dinilai penting untuk menjaga kestabilan industri manufaktur nasional dan mencegah guncangan ekonomi yang lebih luas akibat ketegangan geopolitik global.