Jakarta, Baratanews.id. Ekonom dan Pengamat Perbankan Binus Doddy Ariefianto menilai penurunan daya beli terjadi akibat sektor riil tidak berjalan dengan baik alias mandek.
Hal ini menyebabkan pendapatan masyarakat terganggu. “Salah satu penyebab daya beli kan pendapatannya kita punya masalah, sektor riil-nya tidak berjalan baik,” ucap Doddy ketika dihubungi Bloomberg Technoz, Kamis (17/10/2024)
Ia menyebutkan bahwa deflasi yang terjadi selama lima bulan beruntun di tengah naiknya angka Pemutusan Hak Kerja (PHK), menjadi salah satu tanda daya beli menurun.
Dalam kaitan itu, Bank Indonesia (BI) baru saja merelaksasi kebijakan loan to value/financing to value (LTV/FTV) untuk kredit atau pembiayaan properti maksimal 100% dan uang muka Kredit Kendaraan Bermotor (KKB) 0%.
Doddy menilai, kebijakan BI merupakan upaya regulator menopang pelambatan daya beli masyarakat. Sekaligus menyambut kebijakan pembebasan Pajak Pertambahan Nilai (PPN) untuk sektor properti yang digagas Kementerian Keuangan.
Yang sekarang dilakukan BI berupa mendukung suasana yang kondusif, kalau bunga [BI Rate] bisa diturunkan, aturan-aturan makroprudensial DP 0% kalau bisa mendukung ekonomi ya diluncurkan atas nama prinsip sinergi dalam kebijakan ekonomi,” tutur Doddy.
Namun, Doddy memandang sinergitas kebijakan yang ditempuh oleh BI dan pemerintah tersebut belum tentu langsung berdampak dan mengkerek daya beli masyarakat. “Tapi apakah akan berikan dampak besar, kita lihat,” tegas dia.
Adapun, BI melaporkan hasil Survei Kegiatan Dunia Usaha (SKDU) pada kuartal III-2024. Saldo Bersih Tertimbang (SBT) terpantau turun, menandakan perlambatan situasi dunia usaha.
SBT pada kuartal III-202 tercatat 14,4%. Lebih rendah ketimbang kuartal sebelumnya yang mencapai 17,2%. Pencapaian kuartal III-2024 juga menjadi yang terendah sepanjang tahun ini.
Sementara kapasitas produksi terpakai pada kuarta III-2024 berada di 73,13%. Turun ketimbang kuartal sebelumnya yang sebesar 73,7% dan menjadi yang terendah sejak kuartal I-2023.
“Kapasitas produksi terpakai beberapa LU yang terindikasi meningkat, yaitu LU Pertambangan dan Penggalian serta LU Pengadaan Listrik sejalan dengan peningkatan kegiatan usahanya,” lanjut keterangan BI.
Hal ini menyebabkan pendapatan masyarakat terganggu. “Salah satu penyebab daya beli kan pendapatannya kita punya masalah, sektor riil-nya tidak berjalan baik,” ucap Doddy ketika dihubungi Bloomberg Technoz, Kamis (17/10/2024).
Ia menyebutkan bahwa deflasi yang terjadi selama lima bulan beruntun di tengah naiknya angka Pemutusan Hak Kerja (PHK), menjadi salah satu tanda daya beli menurun.
Dalam kaitan itu, Bank Indonesia (BI) baru saja merelaksasi kebijakan loan to value/financing to value (LTV/FTV) untuk kredit atau pembiayaan properti maksimal 100% dan uang muka Kredit Kendaraan Bermotor (KKB) 0%.
Namun, Doddy memandang sinergitas kebijakan yang ditempuh oleh BI dan pemerintah tersebut belum tentu langsung berdampak dan mengkerek daya beli masyarakat. “Tapi apakah akan berikan dampak besar, kita lihat,” tegas dia.
Adapun, BI melaporkan hasil Survei Kegiatan Dunia Usaha (SKDU) pada kuartal III-2024. Saldo Bersih Tertimbang (SBT) terpantau turun, menandakan perlambatan situasi dunia usaha.
SBT pada kuartal III-202 tercatat 14,4%. Lebih rendah ketimbang kuartal sebelumnya yang mencapai 17,2%. Pencapaian kuartal III-2024 juga menjadi yang terendah sepanjang tahun ini.
“Kinerja seluruh Lapangan Usaha (LU) terindikasi tumbuh positif dengan peningkatan terutama bersumber dari LU Pertambangan dan Penggalian, LU Konstruksi, serta LU Informasi dan Komunikasi sejalan dengan berlanjutnya aktivitas proyek bangunan dan permintaan yang terjaga,” dalam laporan BI.
Sementara kapasitas produksi terpakai pada kuarta III-2024 berada di 73,13%. Turun ketimbang kuartal sebelumnya yang sebesar 73,7% dan menjadi yang terendah sejak kuartal I-2023.
“Kapasitas produksi terpakai beberapa LU yang terindikasi meningkat, yaitu LU Pertambangan dan Penggalian serta LU Pengadaan Listrik sejalan dengan peningkatan kegiatan usahanya,” lanjut keterangan BI.
Responden memprakirakan kegiatan usaha pada kuartal IV-2024 melambat dengan SBT sebesar 13,42%. Namun kegiatan usaha pada sebagian besar LU diprakirakan tetap tumbuh, antara lain LU Transportasi dan Pergudangan serta LU Penyediaan Akomodasi dan Makan Minum sejalan dengan peningkatan aktivitas saat Hari Besar Keagamaan Nasional (HBKN) Natal dan Tahun Baru.
(Kord.Red/Tim/Zis).-