BarataNews.id, Bandung – Gubernur Jawa Barat Dedi Mulyadi menjadi sorotan publik setelah pernyataannya soal pesta rakyat dengan makan gratis dalam pernikahan anaknya dianggap berubah-ubah. Acara yang berlangsung di Garut itu sebelumnya diwarnai insiden berdesakan hingga menyebabkan korban jiwa.
Saat ditemui di Gedung DPRD Jawa Barat pada Sabtu, 19 Juli 2025, Dedi menegaskan bahwa dirinya hanya mengetahui adanya pentas seni rakyat yang dijadwalkan malam hari. Ia mengklaim tidak mengetahui ada agenda makan gratis bagi warga yang digelar siang harinya. Pernyataan itu ia sampaikan usai menghadiri Rapat Paripurna DPRD Jabar.
“Acara yang kemarin itu di jadwal yang saya miliki dan di media sosial yang saya unggah itu seharusnya dilakukan malam hari. Berbarengan dengan acara kesenian, pagelaran seni dan dilakukan di lapangan,” kata Dedi kepada wartawan.
Pernyataan tersebut merujuk pada pernikahan putranya, Maula Akbar, dengan Luthfianisa Putri Karlina, yang juga merupakan putri Kapolda Metro Jaya, Irjen Karyoto. Acara pesta rakyat digelar untuk merayakan hajatan keluarga itu, termasuk pertunjukan sejumlah artis seperti Ceu Popon, Kiwil, dan Ohang.
Namun, pengakuan Dedi di hadapan media itu berbeda dari pernyataannya sebelumnya. Beberapa jam setelah insiden yang menyebabkan tiga korban jiwa, Dedi justru mengatakan bahwa ia tidak tahu ada agenda makan gratis yang diadakan pada siang hari.
Rencana Acara Terekam di YouTube
Meski mengaku tidak tahu, jejak digital di kanal YouTube pribadi Dedi, yakni KDM Channel, menunjukkan dirinya terlibat dalam diskusi perencanaan acara. Dalam video yang beredar luas, Dedi terlihat berbincang dengan anaknya, Maula Akbar, soal jadwal hiburan dan makan gratis yang diperuntukkan bagi masyarakat umum.
Dalam percakapan itu, Dedi bahkan mengingatkan agar acara hanya digelar pada malam hari, agar tidak menimbulkan kerumunan berlebihan. “Warganya nanti diharapkan datang ke acara kesenian, tidak pada acara tanggal 16. Kalau tanggal 16 nanti pabaliut dan kemudian gak bisa ketampung,” ucapnya dalam video tersebut.
Maula juga menyebut acara rakyat akan digelar di Pendopo Garut, tepat di samping Alun-Alun, dengan menyajikan hiburan rakyat dan makanan dari pelaku UMKM lokal. Dedi kemudian mempersilakan masyarakat datang dan menikmati sajian.
“Jadi tanggal 18 warga boleh datang ke lapangan. Makan sepuasnya, nonton sepuasnya, tertawa sepuasnya,” ujar Dedi dalam rekaman itu.
Tanggapan Publik dan Penyelidikan
Pernyataan Dedi yang berubah-ubah menuai banyak reaksi dari masyarakat. Publik mempertanyakan konsistensi informasi dari seorang pejabat publik, terutama setelah insiden yang menelan korban jiwa. Sejumlah pihak juga mendorong dilakukan evaluasi menyeluruh terhadap penyelenggaraan acara publik yang melibatkan massa dalam jumlah besar.
Hingga kini, belum ada pernyataan resmi apakah akan ada langkah hukum terkait tragedi tersebut. Namun pihak berwenang disebut telah mengumpulkan data dan keterangan dari panitia serta pihak keamanan yang terlibat dalam pengamanan acara.
Sementara itu, keluarga Dedi Mulyadi belum memberikan tanggapan lebih lanjut terkait perbedaan narasi yang beredar. Peristiwa ini kembali mengingatkan pentingnya koordinasi dan mitigasi risiko dalam penyelenggaraan kegiatan besar, terutama jika melibatkan fasilitas umum dan massa.