BarataNews.id, Jakarta – Harga konsumen di Amerika Serikat melonjak signifikan pada Juni 2025, menandai laju inflasi tertinggi dalam lima bulan terakhir. Kenaikan ini didorong oleh tarif impor baru yang diberlakukan Presiden Donald Trump, yang mulai memengaruhi harga barang kebutuhan sehari-hari.
Biro Statistik Tenaga Kerja AS melaporkan bahwa Indeks Harga Konsumen (IHK) naik 0,3% pada Juni, lebih tinggi dibanding kenaikan 0,1% di bulan sebelumnya. Secara tahunan, inflasi meningkat menjadi 2,7% dari 2,4% pada Mei 2025.
Menurut Ellen Zentner, Kepala Strategi Ekonomi di Morgan Stanley Wealth Management, lonjakan ini merupakan tanda awal dari dampak tarif. “Inflasi telah mulai menunjukkan tanda-tanda pertama penerapan tarif. Meskipun inflasi jasa terus melambat, kemungkinan ini merupakan tanda awal dari tekanan harga lebih besar yang akan datang,” ujarnya.
Pangan dan Komoditas Harian Mulai Terdampak
Kenaikan harga mencolok terjadi pada sektor pangan. Harga bahan makanan naik 0,3% pada Juni, sama dengan bulan sebelumnya. Beberapa komoditas menunjukkan lonjakan tajam, seperti minuman non-alkohol yang naik 1,4%, kopi 2,2%, dan buah serta sayur 0,9%. Harga daging sapi juga melonjak 2%.
Namun, tak semua produk mengalami kenaikan. Harga telur, misalnya, justru turun 7,4% setelah wabah flu burung mereda.
Di sisi lain, inflasi inti tetap rendah. Ini disebabkan melemahnya permintaan dari konsumen yang kini lebih membatasi belanja jasa, seperti tiket pesawat dan hotel.
Sejumlah ekonom meyakini dampak penuh tarif baru akan lebih terasa dalam data IHK bulan Juli dan Agustus. Sebelumnya, kebijakan tarif Trump terhadap mesin cuci pada 2018 juga menunjukkan efek yang tertunda selama beberapa bulan.
“The Fed ingin mempertahankan suku bunganya sambil menunggu data lebih lanjut,” kata Zentner, mengisyaratkan sikap hati-hati bank sentral AS dalam merespons lonjakan inflasi yang kemungkinan bersifat struktural akibat tarif.