BarataNews.id, Jakarta – Meningkatnya temuan beras oplosan di pasaran membuat masyarakat perlu lebih waspada. Pakar teknologi pertanian dari IPB University, Prof Tajuddin Bantacut, menyampaikan sejumlah ciri fisik beras oplosan yang dapat dikenali tanpa alat khusus. Menurutnya, konsumsi beras oplosan dalam jangka panjang bisa membahayakan kesehatan.
Prof Tajuddin menjelaskan bahwa beras palsu seringkali diolah agar tampak seperti beras baru. Padahal, isinya bisa berupa beras rusak, berjamur, atau bahkan dicampur zat kimia berbahaya seperti pemutih. “Kalau nasi terasa beda dari biasanya, dari warna, bau, tekstur, dan bentuk butiran, bisa dicurigai itu beras oplosan,” ujarnya.
Ciri-Ciri Fisik Beras Oplosan yang Bisa Dikenali
Ahli IPB itu menjelaskan lima tanda utama beras oplosan yang bisa diperhatikan masyarakat:
1. Warna tidak seragam: Biasanya tampak campuran antara bulir putih cerah dan kekuningan dalam satu kemasan.
2. Bentuk butiran berbeda-beda: Ukuran tidak konsisten, ada yang panjang-pendek atau besar-kecil, menunjukkan pencampuran varietas.
3. Bau tidak alami: Beras palsu kadang berbau apek, kimia, atau pengap, berbeda dari aroma segar beras asli.
4. Nasi lembek dan cepat basi: Setelah dimasak, nasi dari beras oplosan tidak pulen, bahkan mudah basi.
5. Ada partikel mencurigakan saat dicuci: Munculnya serpihan plastik, serbuk putih, atau partikel asing saat dicuci adalah tanda beras dimanipulasi.
Jenis Praktik Oplosan dan Risikonya
Menurut Prof Tajuddin, ada tiga jenis praktik pengoplosan beras yang umum dilakukan:
-
Pencampuran dengan bahan lain seperti jagung.
-
Blending antara varietas murah dan mahal.
-
Beras lama yang dikilapkan ulang dengan bahan kimia agar tampak baru.
Dari ketiganya, yang paling membahayakan adalah penggunaan beras rusak yang telah terkontaminasi jamur dan mikroorganisme. Jika ditambahkan zat kimia seperti pemutih atau pengawet sintetis, risiko kesehatan seperti kerusakan hati, ginjal, dan gangguan pencernaan bisa terjadi.
Tips Aman Membeli dan Menyimpan Beras
Agar terhindar dari beras palsu, masyarakat disarankan:
-
Membeli beras dari sumber yang jelas dan berlabel resmi.
-
Menghindari produk dengan harga yang terlalu murah.
-
Memeriksa bau dan bentuk bulir sebelum membeli.
-
Selalu mencuci beras sebelum dimasak dan menyimpannya maksimal 6 bulan.
Prof Tajuddin juga menekankan pentingnya peran pemerintah dalam menjamin distribusi dan konsumsi beras agar tetap aman dan merata. “Sebagai negara agraris, Indonesia tidak cukup hanya produksi. Harus ada sistem yang menjamin kualitas beras hingga ke rumah tangga,” tutupnya.