Dari sisi geo-ekonomi, BRICS yang mencakup 40 persen populasi dunia dan 30 persen PDB global, menjadi peluang besar bagi Indonesia untuk meningkatkan ekspor, akses teknologi, serta investasi jangka panjang di sektor strategis.
Selain itu, keterlibatan aktif dalam NDB juga memperkuat posisi tawar Indonesia di ranah keuangan internasional. “Indonesia bukan lagi sekadar peminjam, tetapi menjadi bagian dari penentu arah keuangan global,” ujar Virdika.
Momentum Diplomasi Kemanusiaan
KTT BRICS tahun ini juga berlangsung di tengah meningkatnya krisis di Timur Tengah. Indonesia dinilai memiliki posisi moral untuk mendorong BRICS agar mengambil sikap tegas terhadap pelanggaran hukum internasional.
Menurut Virdika, Indonesia bisa memainkan peran kunci dalam menyerukan pernyataan bersama BRICS untuk gencatan senjata, perlindungan warga sipil, dan akses kemanusiaan tanpa hambatan. “Ini waktu yang tepat menunjukkan konsistensi Global South terhadap perdamaian dan keadilan internasional,” katanya.
Melalui diplomasi aktif di forum BRICS, Indonesia tidak hanya memperkuat kemitraan strategis global, tetapi juga menegaskan posisinya sebagai kekuatan moderat yang menjembatani kepentingan negara-negara berkembang dalam menciptakan tatanan dunia yang lebih adil.