BarataNews.id, Jakarta – Kepala Badan SAR Nasional (Basarnas) Marsekal Madya TNI Mohammad Syafii mengungkap bahwa pihak keluarga Juliana Marins telah menerima dengan lapang dada seluruh prosedur evakuasi jenazah dari Gunung Rinjani, Nusa Tenggara Barat. Pernyataan ini disampaikan Syafii dalam konferensi pers Rabu malam, menyusul selesainya proses evakuasi yang berlangsung penuh tantangan.
Juliana Marins, seorang pendaki asal Brasil berusia 27 tahun, dilaporkan jatuh ke jurang saat mendaki Gunung Rinjani pada Sabtu (21/6) pagi. Kejadian tersebut terjadi sekitar pukul 06.30 WITA di medan curam yang terdiri dari batu dan pasir. Setelah upaya pencarian intensif oleh tim SAR gabungan, jenazah korban akhirnya ditemukan pada Senin (23/6), dalam kondisi bergeser sejauh 500 meter dari titik jatuh awal.
Menurut Syafii, pihak keluarga yang datang ke Indonesia melalui fasilitasi Kedutaan Besar Brasil telah mengikuti pemaparan resmi dari Basarnas terkait tahapan evakuasi. Dalam sesi itu, Basarnas mempresentasikan detail proses yang dilalui, mulai dari pencarian hingga metode pengangkatan jenazah dari kedalaman 600 meter.
“Kita sampaikan kegiatan dari awal, sebagai bentuk pertanggungjawaban moral pemerintah Indonesia terhadap WNA yang menjadi korban,” ujar Syafii. Ia menambahkan bahwa keluarga Juliana memberikan apresiasi dan tidak mengajukan protes ataupun keberatan atas prosedur yang dijalankan.
“Kita beri kesempatan kepada mereka untuk menyampaikan tanggapan. Dan ternyata alhamdulillah, mereka sangat memahami kondisi dan situasi yang ada di lapangan,” tambahnya.
Evakuasi Dihadang Cuaca Buruk
Meski korban telah ditemukan pada Senin, proses evakuasi baru dapat diselesaikan dua hari setelahnya. Pada Selasa (24/6), tim berhasil menjangkau posisi jenazah, namun cuaca buruk memaksa operasi dihentikan sementara demi keselamatan personel. Baru pada Rabu (25/6), tim dapat mengangkat jenazah secara manual dari kedalaman 600 meter dengan teknik khusus yang menyesuaikan kondisi ekstrem di Rinjani.
“Medannya sangat berat. Ini bukan medan biasa yang bisa langsung dijangkau. Butuh perhitungan teknis dan fisik luar biasa dari para anggota di lapangan,” ujar salah satu anggota SAR.