Iran dan Strategi Penghalang Energi
Analis menilai, penutupan Selat Hormuz adalah bentuk “deterrent” strategis Iran, mirip seperti doktrin kepemilikan senjata nuklir. Artinya, Iran bisa menggunakannya sebagai alat tekanan diplomatik agar negara-negara asing berpikir dua kali sebelum memutuskan langkah militer terhadap Teheran.
Meski demikian, para ahli militer menyebutkan bahwa jika Iran benar-benar mencoba menutup selat itu, negara-negara seperti Amerika Serikat dapat merespons dengan cepat untuk membuka kembali jalur laut tersebut menggunakan kekuatan militer.
Iran sendiri disebut memiliki berbagai cara untuk melakukan blokade, mulai dari meletakkan ranjau laut, menembakkan rudal anti-kapal, hingga menyita kapal yang melintas. Potensi ini disebut sebagai ancaman nyata oleh berbagai pengamat keamanan maritim.
Negara Asia Paling Rawan
Jika penutupan terjadi, negara-negara Asia menjadi pihak yang paling dirugikan. Data terbaru menunjukkan bahwa sekitar 60 persen kebutuhan minyak Korea Selatan, serta sebagian besar kebutuhan energi China, Jepang, dan India, bergantung pada jalur ini. Sebaliknya, Amerika Serikat dan Eropa relatif lebih terlindungi karena memiliki jalur pasokan alternatif dan tingkat ketergantungan lebih rendah terhadap jalur ini.