BarataNews.id, Jakarta – PT Chandra Daya Investasi Tbk. (CDIA), anak usaha dari Chandra Asri Pacific, tengah bersiap melantai di Bursa Efek Indonesia dengan rencana penawaran umum perdana saham (IPO) senilai maksimal Rp2,37 triliun. Namun, perhatian publik tertuju pada fakta bahwa perusahaan logistik milik taipan Prajogo Pangestu ini mencatatkan utang jumbo ke tiga bank besar nasional.
Dalam prospektus resminya, CDIA berencana melepas hingga 12,48 miliar saham baru dengan harga penawaran berkisar antara Rp170 hingga Rp190 per lembar. Saham yang ditawarkan mewakili 10% dari modal ditempatkan dan disetor penuh setelah IPO, yang menempatkan valuasi CDIA pada kisaran Rp23,7 triliun.
Dibalik ekspansi ambisius tersebut, beban liabilitas CDIA mencolok. Perusahaan membukukan lonjakan liabilitas dari US$233,8 juta menjadi US$328,32 juta per akhir 2024, sebagian besar akibat peningkatan tajam utang bank dari US$3,8 juta menjadi lebih dari US$300 juta dalam setahun terakhir.
Bank Mandiri Jadi Kreditur Terbesar
Bank Mandiri tercatat sebagai kreditur utama CDIA dengan dua fasilitas pinjaman berjangka masing-masing senilai US$247,49 juta (jatuh tempo Maret 2031) dan US$6,81 juta (jatuh tempo Desember 2027). Selain itu, Mandiri juga menyediakan kredit bergulir sebesar US$618.735 yang belum digunakan, dengan jatuh tempo pada September 2025.
Di posisi berikutnya, PT Bank Central Asia Tbk. (BCA) menyalurkan sejumlah fasilitas kredit, di antaranya bank garansi sebesar US$40 juta, committed loan senilai US$43,28 juta yang telah digunakan sepenuhnya, serta uncommitted facility sebesar US$3,09 juta yang masih tersedia.
Sementara itu, PT Bank Danamon Tbk. (BDMN) mengucurkan pinjaman jangka panjang sebesar Rp2 triliun berdasarkan perjanjian kredit pada Februari 2025. Kredit ini memiliki tenor dua tahun dengan bunga berbasis JIBOR ditambah margin tertentu.
Dana IPO untuk Ekspansi Logistik dan Pelabuhan
CDIA merinci rencana penggunaan dana IPO dalam dua tahap besar. Sekitar Rp871,75 miliar akan disuntikkan ke anak usaha di sektor logistik, yakni CSI dan MIM. Dana ini akan digunakan untuk pembelian kapal dan modal operasional, termasuk melalui CMI yang juga akan menerima sebagian besar dana tersebut.