Baratanews.id – Israel kini menghadapi situasi pelik karena harus bertempur di dua front sekaligus: melanjutkan operasi militernya di Jalur Gaza untuk melumpuhkan milisi Hamas, serta terlibat saling serang dengan Iran. Kedua konflik yang berlangsung secara bersamaan ini membuat anggaran militer Israel melonjak drastis.
Perdana Menteri Israel, Benjamin Netanyahu, menegaskan bahwa serangan ke Iran merupakan langkah strategis yang diperlukan untuk menghentikan program pengembangan senjata nuklir negara tersebut. Meski demikian, tuduhan tersebut terus dibantah oleh Iran, yang mengklaim bahwa program nuklirnya murni untuk keperluan sipil dan penyediaan energi nasional.
Laporan terbaru datang dari Rems Aminac, mantan pejabat senior pertahanan Israel sekaligus kepala staf Pasukan Pertahanan Israel (IDF). Ia mengungkapkan bahwa Israel telah menggelontorkan dana sebesar USD 1,45 miliar atau sekitar Rp23 triliun hanya dalam 48 jam pertama operasi militer melawan Iran.
Angka tersebut hanya mencakup pengeluaran militer langsung. Menurut Aminac, saat ini konflik dengan Iran menghabiskan sekitar USD 725 juta (sekitar Rp11,5 triliun) per hari, belum termasuk pengeluaran jangka panjang lainnya.
Sementara itu, dalam konflik terpisah melawan Hamas di Gaza yang meletus beberapa bulan sebelumnya, Israel juga telah merogoh kocek cukup dalam. Hingga akhir 2024, tercatat lebih dari 250 miliar shekel atau setara Rp10,84 triliun telah dihabiskan untuk mendanai operasi di wilayah tersebut.
Situasi ini menunjukkan beban finansial yang besar bagi Israel akibat pertempuran di dua medan sekaligus, serta menambah tekanan terhadap stabilitas ekonomi dan politik di kawasan Timur Tengah.
