Meskipun demikian, ia juga menyoroti fakta bahwa Israel bukan pihak dalam perjanjian nonproliferasi nuklir global. Menurut Asif, dunia internasional justru perlu lebih mewaspadai keberadaan senjata nuklir Israel yang dinilai tidak berada di bawah pengawasan internasional.
“Dunia seharusnya khawatir tentang persenjataan nuklir negara nakal yang beroperasi tanpa pengawasan. Mendukung negara semacam itu dapat mengakibatkan konsekuensi yang menghancurkan,” ujarnya tegas.
Iran dan Israel Terlibat Serangan Balasan Intensif
Ketegangan ini muncul di tengah konflik terbuka antara Iran dan Israel yang meningkat sejak Israel meluncurkan Operasi Rising Lion pada Jumat (13/6) lalu. Operasi militer Israel menargetkan sejumlah fasilitas militer dan nuklir Iran, termasuk tokoh-tokoh penting dalam program nuklir Teheran.
Sebagai balasan, Iran meluncurkan serangan balik bertajuk Operasi True Promise III dengan ratusan drone dan rudal balistik. Serangan itu disebut berhasil menembus sistem pertahanan udara Israel, termasuk Iron Dome. Salah satu rudal bahkan dilaporkan jatuh di Tel Aviv, sementara wilayah Yerusalem turut terdampak, menyebabkan sirene peringatan berbunyi panjang.
Dukungan Dunia Islam dan Kekhawatiran Global
Khawaja Asif dalam pidatonya di Majelis Nasional juga menyerukan solidaritas dunia Muslim terhadap Iran dan mengecam agresi Israel yang terus berlanjut. “Kami mendukung Iran dan akan terus mendukung mereka di setiap forum internasional untuk melindungi kepentingan Teheran,” ucapnya.
Seruan untuk solidaritas tersebut menjadi sinyal bahwa Pakistan tidak sekadar mengambil posisi netral, melainkan mencoba memperkuat posisi politik dan diplomatik Iran di tengah eskalasi regional.
Meski belum ada indikasi langsung keterlibatan militer Pakistan, pernyataan dari pejabat tinggi Iran telah cukup mengguncang komunitas internasional. Keterlibatan negara nuklir seperti Pakistan dalam konflik yang melibatkan Israel dan Iran bisa memicu krisis global.
Para pengamat menilai bahwa situasi ini dapat mengarah pada konfrontasi skala besar jika tidak segera diredakan oleh diplomasi internasional. Kekuatan besar seperti Amerika Serikat, Rusia, dan China diperkirakan akan mengambil langkah untuk meredakan ketegangan, mencegah pecahnya konflik nuklir yang sangat berbahaya bagi stabilitas dunia.
