Seorang pakar keamanan siber dari CISSReC, Pratama Persadha, menyebut fenomena ini sebagai bentuk baru hoaks visual, atau synthetic image propaganda. Ia menyoroti kemungkinan penggunaan platform seperti Midjourney atau DALL·E dalam menciptakan gambar yang menyesatkan publik.
Tips Mengenali Gambar Buatan AI
Untuk membantu masyarakat membedakan antara gambar asli dan buatan, Pratama memberikan beberapa kiat. Pertama, periksa metadata foto, karena gambar asli umumnya memiliki informasi EXIF seperti lokasi dan jenis kamera. Kedua, perhatikan detail visual yang tidak wajar, seperti pencahayaan sempurna atau tekstur terlalu bersih. Ketiga, analisis konteks gambar, terutama bila tidak didukung oleh laporan dari sumber kredibel.
Ia juga menyarankan penggunaan alat seperti Google Reverse Image Search, TinEye, hingga detektor citra AI yang kini mulai dikembangkan. “Literasi digital perlu ditingkatkan agar masyarakat tidak mudah tertipu oleh konten manipulatif,” ujarnya.
Dalam menghadapi tantangan ini, Pratama mendesak keterlibatan aktif dari pemerintah, lembaga pendidikan, jurnalis, hingga platform media sosial untuk mencegah penyebaran disinformasi visual. Salah satu solusi yang diusulkan adalah penerapan watermark otomatis pada gambar AI, serta penguatan sistem pelaporan konten hoaks.
Fenomena ini menjadi alarm penting bahwa kecanggihan teknologi AI tidak hanya membawa kemajuan, tetapi juga tantangan besar dalam menjaga kebenaran informasi publik.