Jakarta, Baratanews.id -Satuan Penyelenggara Administrasi Surat Ijin Mengemudi (Satpas SIM) di lingkungan Polda Metro Jaya masih menjadi sorotan masyarakat luas.
Pasalnya, Satpas SIM yang ditengarai menjadi tempat lahan yang menggiurkan bagi orang dalam (oknum red) Perusahaan Biro Jasa atau bahkan para Calo.
Tak di pungkiri jumlah cuan yang mereka raup dari para pemohon SIM Kolektif di wilayah Jadetabek (Jakarta, Depok, Tangerang dan Bekasi sangat fantastik, berkisar Rp 2 sampai Rp 3 miliar setiap bulannya.
Padahal, bilang merujuk pada aturan yang ditetapkan secara resmi selembar SIM C dan SIM A sejatinya cukup terjangkau, hanya berkisar Rp 100.000 dan Rp 130.000.
Tapi jika pemohon seorang warga membuat SIM lewat jalur kolektif, harga yang dipatok pun melambung tinggi hingga berlipat-lipat.
Beberapa pemohon SIM kolektif mengaku membayar selembar SIM C hingga Rp 700.000. Sementara untuk SIM A tarifnya bervariasi, tergantung negosiasi berkisar diantara. Rp 800 ribu hingga Rp. 1 jt .
Nah, jika dihitung selisih harga resmi dengan harga yang dipatok ordal yang berkolaborasi dengan Biro Jasa, cukup besar, hampir mencapai diatas Rp 500 ribu di setiap lembarnya.
Sementara di lingkungan Polda Metro Jaya saat ini ada 8 Satpas SIM yakni Daan Mogot Jakarta Barat, Polres Depok, pasar segar Sukmajaya, pasar segar Cinere, polres Bekasi Kota, Metro Bekasi, Tangerang Kota, Celenggang Tangsel.
Menurut info yang diperoleh masing-masing mengeluarkan SIM Kolektif 250 lembar setiap minggunya. Atau perbulannya, sekitar 1000 lembar SIM setiap Satpas.
Kalau dihitung lagi dari 8 Satpas yang ada, SiM kolektih yang dicetak .Jika 1000 lembar SIM dikalikan dengan selisih harga Rp 400.000 perlembar, maka sungguh, cukup fantastik setiap bulan masing-masing masing satpas sim meraup mencapai Rp 400 juta dalam sebulan. Dan dikalikan dengan 8 Satpas SIM mencapai Rp 3 Milyar 200 juta. Pertanyaanya, uang miliaran hasil pembuatan SIM Kolektif ini mengalir hingga ke mana saja ?
Tanpa Test
Sebenarnya, harga tinggi yang dipatok terhadap pemohon SIM kolektif tidaklah perlu dipermasalahkan karena para pemohon juga rela mengeluarkan kocek sedemikian besar karena mendapat pelayanan super Istimewa. “Saya mau bikin SIM ga mau ribet pak. Ada biaya lebih gak soal, asal cepet dan saya tidak mau ikut uji teori dan praktek. Kalau ikut normal dengan biaya resmi dan ada ujian teori dan uji praktek proses nya lama pak, yang sudah sudah dapat info belum tentu sekali jadi bisa berulang kali,” ungkap NK salah seorang pemohon SIM saat dimintai keterangan di Cilenggang, Tangsel, Sabtu (9/11/2024)
Hasil investigasi di beberapa satpas SIM di lingkungan Polda Metro Jaya yang sempat dilakukan media ini, nyaris semua pemohon SIM lewat jalur kolektif berujung sukses, semua dinyatakan lulus. Lebih ‘gila’lagi, peserta SIM Kolektif itu bisa memperoleh SIM tanpa harus melalui ujian teori mapun praktek.
Beberapa sumber yang layak dipercaya menyebutkan peserta SIM Kololektif yang kerap mendatangi Satpas SIM dengan menggunakan bis tertentu, biasanya di Hari Sabtu karena di hari Sabtu kebanyakan mereka libur bekerja. Dan SIM Kolektif, pemohon hanya ikut dalan pengambilan foto. Usai di foto, mereka kembali naik bis. Selanjutnya, panitia, sebut saja perusahaan ‘Biro Jasa’ membagi-bagikan SIM di atas bus.
“Mereka (Pemohon SIM) hanya foto. Sementara lokasi test praktek menjadi saksi bisu persengkokolan yang sudah terjalin dengan rapih antara oknum petugas dengan perusahaan penyelenggara SIM Kolektif,”ungkap salah satu peserta SIM kolektif, baru-bari ini.
“Fasilitas untuk ujian praktek cuma jadi pajangan. Sejak Satpas SIM dibuka (hari Sabtu) hingga pelayanan ditutup, tak satu pun pemohon SIM mengikuti uji praktek kendaraan bermotor baik sepeda motor dan mobil,” ujar sumber lainnya.
Padahal ujian praktek dilapangan yang sebelumnya menjadi persoalan oleh pemohon SIM lantaran sulit nya melewati jalur tes tersebut sudah dipermudah berkat turun tangan Kapolri Jenderal Listyo Sigit Prabowo yang menyikapi keluhan masyarakat pemohon SIM.
Meski jalur test praktek lapangan sudah dipermudah namun alih-alih inisiasi Kapolri tidak di manfaatkan sebagai mestinya. Jikalau pun ada uji praktek lapangan di pakai itupun tidak semua paling banyak puluhan orang dari ratusan pemohon sim baru yang datang mulai pagi hingga siang.
Masalahnya kemudian, apa jadinya jika seseorang bisa dengan mudahnya membeli SIM. Bisa jadi yang bersangkutan yang membeli SIM tanpa melawati rangkaian test, akhirnya bisa menjadi ‘horor’ di jalan raya. Mengerikan.
(Kord/TimRed/ Zis15)