baratanews.id – Vice President Kamala Harris mengeluarkan pernyataan tegas menanggapi serangan terbaru oleh mantan Presiden Donald Trump yang mempertanyakan identitas rasialnya. Komentar Trump ini muncul dalam sebuah konferensi wartawan kulit hitam, yang memicu reaksi keras dari Harris. Dalam tanggapannya, Harris menyebut bahwa serangan tersebut merupakan contoh dari divisivitas dan ketidakhormatan yang tidak layak diterima oleh rakyat Amerika.
Kritik Terhadap Trump
Komentar Trump yang menyinggung identitas rasial Harris terjadi dalam lima menit pertama wawancara dan tampak tidak diminta, menandakan bahwa hal ini telah lama menjadi pemikiran Trump. Harris, yang akan segera dinyatakan sebagai calon presiden dari Partai Demokrat, semakin mendapatkan perhatian media, yang kemungkinan membuat Trump merasa perlu untuk menarik kembali fokus ke dirinya.
Matthew Brown, seorang reporter politik, mencatat bahwa meskipun komentar Trump mengejutkan pada saat itu, reaksi di kalangan peserta konferensi NABJ menunjukkan bahwa ini adalah pola lama dari Trump. Analisis politik juga menunjukkan bahwa pernyataan Trump mungkin bertujuan untuk menarik perhatian dengan cara yang kontroversial.
Reaksi dan Kontroversi di NABJ
Konferensi NABJ menunjukkan bahwa Trump telah beberapa kali dituduh membuat komentar derogatif terhadap jurnalis kulit hitam selama masa kepresidenannya. Banyak peserta konferensi merasa komentar terbaru ini mengulangi pola lama dari Trump dan menunjukkan sikap rasis yang tidak berubah.
Persepsi Publik dan Analisis Politik
Dalam sebuah wawancara, J.D. Vance, seorang analis politik, menyebut pernyataan Trump sebagai contoh hipokrisi ekstrem, terutama karena dia sendiri memiliki rekam jejak perubahan nama yang sering. Vance juga menyebut Harris sebagai “kameleong” karena dianggap berpura-pura berubah sesuai dengan audiens yang dihadapinya, sementara ia sendiri mengalami perubahan posisi politik yang mencolok.
Dampak Terhadap Kampanye Pemilihan Mendatang
Matthew Dowd memprediksi bahwa Trump kemungkinan akan semakin intens dalam mengeluarkan pernyataan provokatif seiring dengan meningkatnya ketegangan dalam kampanye. Sementara itu, Harris memilih untuk tidak membalas serangan tersebut secara pribadi, melainkan menekankan bahwa Amerika harus bersatu dan tidak terpecah oleh retorika divisif.
Sumber: MSNBC