Publik ramai-ramai memprotes pengurusan barang oleh Bea Cukai yang dianggap karut-marut. Kasus ini menyoroti krisis kepercayaan terhadap Direktorat Jenderal Bea dan Cukai, terutama terkait dengan penanganan barang dari luar negeri yang menuai kritik tajam. Pengamat kebijakan publik menilai sosialisasi aturan yang tidak efektif menjadi penyebab utama masalah ini.
Salah satu kasus yang menjadi sorotan adalah masalah pengeluaran mainan robot Megatron dari luar negeri. Content creator Medy Reinaldi mengeluhkan paket mainan tersebut yang tertahan di Bea Cukai karena ketidaksesuaian nilai barang. Meskipun mainan tersebut merupakan sampel gratis dari produsen, Bea Cukai menganggap nilainya mencapai 1.699 dolar AS, yang mengakibatkan keterlambatan dan kerusakan pada barang tersebut.
Bea Cukai juga terlibat dalam kasus lain terkait dengan bantuan alat belajar berupa keyboard braille dari Korea Selatan. Alat tersebut tertahan selama dua tahun karena pajak bea masuk yang dikenakan, meskipun seharusnya barang tersebut merupakan hibah. Setelah viral di media sosial, Bea Cukai akhirnya memproses pembebasan pajak dan bea masuk, namun kasus ini menambah daftar panjang kritik terhadap kinerja mereka.
Masyarakat juga mengeluhkan biaya masuk yang tinggi pada barang impor, seperti sepatu dari Jerman yang dikenakan biaya masuk hingga Rp30 juta. Menurut Bea Cukai, biaya ini dikenakan karena adanya ketidaksesuaian laporan nilai barang.
Menteri Keuangan Sri Mulyani meminta Bea Cukai untuk memperbaiki layanan mereka dan lebih proaktif dalam mengedukasi masyarakat. Dia menekankan bahwa Bea Cukai harus menjalankan empat fungsi penting, termasuk sebagai fasilitator perdagangan dan pelindung masyarakat.
Di tengah protes tersebut, staf khusus Menkeu Yustinus Prastowo menanggapi kritik publik melalui media sosial, namun tanggapannya malah memicu perdebatan lebih lanjut. Pengamat kebijakan publik Agus Pambagio menyebut krisis kepercayaan ini berkaitan dengan rekam jejak buruk Bea Cukai, termasuk kasus korupsi yang melibatkan oknum di institusi tersebut.
Krisis ini menambah tantangan bagi Bea Cukai untuk memperbaiki reputasi mereka dan mengembalikan kepercayaan publik. Apakah Bea Cukai dapat berbenah dan memperbaiki kinerjanya? Hanya waktu yang akan menjawab.